Lead With A Story: Menyampaikan Visi
& Misi Perusahaan Lewat Cerita
Tahukah Anda bahwa 40% pembelajar
akan mengingat konten apa pun secara visual, 40% secara audio, dan 20% sisanya
secara kinetis? Hal ini menjelaskan mengapa saat kita merasa kehilangan kunci
mobil misalnya, dan kemudian mencoba mengingat urutan aktivitas yang kita
lakukan seharian, tiba-tiba muncul gambaran lokasi kunci mobil yang hilang itu.
Otak menyimpan visualisasi yang kita lihat dan cerna secara otomatis dan
rahasia.
Contoh lainnya adalah kebiasaan kita
mendongeng untuk anak-anak, terutama pada saat mereka berangkat tidur. Kadang
kita menyelipkan lesson learned di dalamnya dengan harapan
mereka ingat nilai-nilai itu hingga mereka besar nanti. Dan memang
seringkali begitu adanya. Kita yang sudah dewasa kini memiliki gambaran bahwa
serigala selalu jahat, domba yang polos dan lugu selalu menjadi korban, dan
kancil yang lincah selalu cerdik. Dari mana semua itu berasal? Cerita.
Sedemikian besar kekuatan suatu
cerita, hingga tak hanya digunakan di dalam kamar anak-anak sebagai pengantar
tidur, tetapi juga dimanfaatkan di dalam perusahaan. Seperti yang dilakukan Jim
Bangel, seorang staf R&D yang bekerja di P&G, sebuah
perusahaan consumer goods multinasional.
Seperti seorang staf R&D pada umumnya, Jim menuliskan laporan kemajuan pekerjaannya pada atasannya setiap bulan. Kalimat-kalimat di dalam laporannya biasanya ‘kering’ dan dipenuhi istilah yang hanya dimengerti oleh para ahli kimia atau ilmuwan di sana, sehingga laporan bulanan Jim nyaris tak pernah dibahas dalam skala perusahaan.
Seperti seorang staf R&D pada umumnya, Jim menuliskan laporan kemajuan pekerjaannya pada atasannya setiap bulan. Kalimat-kalimat di dalam laporannya biasanya ‘kering’ dan dipenuhi istilah yang hanya dimengerti oleh para ahli kimia atau ilmuwan di sana, sehingga laporan bulanan Jim nyaris tak pernah dibahas dalam skala perusahaan.
Tetapi selang beberapa tahun
kemudian, Jim memutuskan untuk mengubah caranya menulis laporan. Ia menyusun
cerita dengan beberapa karakter di dalamnya, dengan tokoh utama
seorang engineer bernama Earnest. Pembaca disuguhi pengalaman Earnest
menemukan hal-hal baru di sepanjang cerita, dialognya dengan atasannya, dan Jim
selalu menambahkanlesson learned di setiap akhir cerita, persis seperti
isi laporan-laporannya terdahulu.
Karakter dalam cerita Jim terus
berkembang, dan orang-orang di dalam perusahaan mulai menunggu-nunggu cerita
Jim karena berharap mereka akan masuk ke dalam salah satu karakter cerita
Earnest. Setelah lima tahun lamanya Jim menulis laporan dalam bentuk cerita, ia
ditunjuk oleh perusahaan menjadi seorang Official Corporate
Storyteller, yang bertugas menemukan ide baru dan menuliskannya dalam
bentuk cerita.
Cerita-cerita Jim diharapkan dapat
menginspirasi seluruh karyawan dalam perusahaan dan menghadirkan perubahan di
dalam organisasi. Terkadang CEO-nya meminta Jim untuk menuliskan suatu cerita
dengan topik khusus, karena keyakinan akan efektivitas cerita Jim dalam
memotivasi karyawannya.Jim menjadi orang yang paling berpengaruh di P&G
karena ia memutuskan untuk tidak menuliskan laporan, tetapi menulis cerita.
Reference: Paul Smith, Lead With
a Story. New York: Amacom, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar